Membuat Business Plan dengan Metode Design Thinking
1. Pendahuluan
Dalam membangun suatu usaha perlu dilakukan pengumpulan dan pengolahan data. Pentingnya pengumpulan dan pengolahan data dalam membangun suatu usaha tidak dapat diabaikan. Proses ini menjadi fondasi utama dalam perencanaan usaha yang sering dikenal sebagai business plan. Pengumpulan data melibatkan penelitian menyeluruh terkait industri, pasar, dan pelanggan potensial. Data-data ini kemudian diolah dengan cermat untuk mendapatkan wawasan yang mendalam mengenai kebutuhan pasar, tren, dan potensi risiko. Business plan yang terbentuk dari data yang akurat dan relevan menjadi panduan strategis bagi perusahaan, membantu dalam mengidentifikasi peluang pertumbuhan, menentukan tujuan, dan merumuskan strategi pemasaran. Dengan demikian, pengumpulan dan pengolahan data bukan sekadar langkah awal, melainkan investasi kritis untuk memastikan keberlanjutan dan kesuksesan jangka panjang suatu usaha.
Proses pembuatan business plan seringkali menantang, terutama ketika dihadapkan pada beragam metode yang dapat digunakan. Melibatkan diri dalam langkah-langkah ini seringkali memunculkan dilema, terutama dalam memilih data yang paling relevan dan efektif dari sejumlah informasi yang sudah dikumpulkan. Terlalu banyaknya data yang harus dipilah bisa mengakibatkan pemborosan waktu, membuat proses perencanaan terasa rumit dan memakan energi berlebih. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi metode yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnis secara spesifik. Kesadaran akan pentingnya fokus pada data yang krusial dapat membantu pengusaha mengatasi tantangan ini, memastikan bahwa business plan yang dihasilkan bukan hanya komprehensif, tetapi juga efisien dalam memberikan panduan strategis bagi perkembangan usaha. Dengan pendekatan yang tepat, pemilik bisnis dapat mengoptimalkan proses ini, menghindari pemborosan waktu, dan fokus pada elemen-elemen kunci yang mendorong kesuksesan perusahaan.
Menggunakan pendekatan design thinking menjadi metode efektif untuk merancang business plan dengan cepat dan menghasilkan hasil yang akurat. Dalam konteks perencanaan bisnis, design thinking memberikan pendekatan yang inovatif dan berorientasi pada pemecahan masalah. Metode ini memungkinkan para pengusaha untuk fokus pada kebutuhan pelanggan, memahami secara mendalam tantangan yang dihadapi, dan merancang solusi yang sesuai. Dengan memanfaatkan aspek kreativitas, kolaborasi, dan empati, design thinking memungkinkan tim bisnis untuk mengidentifikasi peluang dan risiko dengan lebih baik. Selain itu, pendekatan ini mempercepat proses perencanaan dengan memberikan kerangka kerja yang terstruktur dan iteratif. Hasilnya adalah business plan yang tidak hanya terwujud secara efisien, tetapi juga mampu mengakomodasi dinamika pasar yang cepat berubah. Dengan mengintegrasikan design thinking dalam perencanaan bisnis, para pengusaha dapat mempercepat laju inovasi, meningkatkan keberlanjutan usaha, dan meraih kesuksesan dengan cara yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis.
2. Pembahasan
Pendekatan design thinking membawa inovasi dalam pembuatan business plan dengan memecahnya menjadi lima tahap yang terstruktur. Tahap pertama, yang disebut Needs Wants Mapping (NWM), melibatkan pembuatan peta kebutuhan dan keinginan pasar. Dalam tahap ini, fokus diberikan pada pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pelanggan dan preferensi pasar. Mapping ini membantu dengan jelas mengidentifikasi elemen-elemen yang benar-benar dibutuhkan oleh pelanggan serta solusi seperti apa yang diharapkan. Memahami dengan baik kebutuhan dan keinginan pelanggan menjadi landasan kritis untuk menentukan jenis produk atau jasa yang akan dihadirkan di pasar. Dengan demikian, tahap NWM bukan hanya langkah awal, tetapi fondasi yang kokoh dalam merancang business plan yang responsif dan relevan dengan ekspektasi pasar.
Tahap kedua dalam pembuatan business plan dengan metode design thinking adalah pengumpulan data atau disebut Data Mining. Pada tahap ini, data hasil NWM diolah ulang untuk memastikan akurasi dan relevansi. Dalam tahap ini, penekanan diberikan pada perolehan data primer yang esensial untuk pembuatan business plan. Segmentasi pasar menjadi fokus utama, melibatkan analisis geografis, demografis, dan psikologis. Selanjutnya, perhatian difokuskan pada data pelanggan, di mana identifikasi pelanggan potensial dilakukan setelah segmentasi pasar. Pada tahap ini, data kepribadian pelanggan potensial digali lebih dalam, mencakup kebiasaan umum, aktivitas media sosial, cara mencari informasi, dan aspek relevan lainnya. Proses berlanjut dengan pengumpulan data kompetitor, termasuk identifikasi pesaing, analisis harga, jenis produk, lokasi, dan strategi pemasaran. Terakhir, data internal, yang melibatkan aset yang dimiliki, sumber daya manusia profesional, dan elemen pendukung lainnya, turut dipertimbangkan. Pendekatan holistik dalam data mining memungkinkan perusahaan merinci informasi yang krusial untuk membentuk strategi bisnis yang responsif dan terinformasi terhadap dinamika pasar.
Setelah melalui tahap data mining, tahap ketiga adalah tahap pengolahan data, yang dikenal sebagai Data Cooking. Pada proses ini, seluruh informasi yang berhasil dikumpulkan dari data mining diolah kembali untuk merumuskan solusi berupa produk atau jasa yang akan dipasarkan. Pentingnya tahap ini terletak pada analisis primer SWOT, TOWS, dan 7P, yang memainkan peran kunci dalam membentuk strategi bisnis yang kokoh. Analisis SWOT membantu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, sementara TOWS memberikan landasan untuk merumuskan strategi. Analisis 7P, yang mencakup elemen produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bukti fisik, melengkapi kerangka kerja strategis. Sementara itu, analisis sekunder atau opsional seperti BCG matrix dan 5 Forces memberikan wawasan tambahan untuk mendukung pengambilan keputusan strategis. Dengan mengintegrasikan analisis-analisis ini, tahap Data Cooking bukan hanya menjadi kelanjutan dari data mining, tetapi juga poin kritis dalam merancang business plan yang holistik dan adaptif.
Tahap keempat disebut How To Make It, mendasarkan diri pada merealisasikan solusi yang dihasilkan dari proses data cooking. Pada tahap ini, fokus utama adalah menghitung semua biaya yang terkait dengan produksi solusi tersebut. Hal ini mencakup perincian biaya bahan baku dan material yang diperlukan, penilaian kebutuhan training dan sertifikasi untuk sumber daya manusia yang terlibat, serta strategi untuk mengidentifikasi dan bekerja sama dengan supplier yang dibutuhkan. Proses ini memberikan gambaran menyeluruh tentang aspek operasional, finansial, dan logistik yang harus diperhatikan dalam merealisasikan konsep bisnis. Dengan melakukan analisis komprehensif pada tahap "How To Make It," perusahaan dapat memastikan kesesuaian dan kelayakan solusi yang diusulkan dalam konteks produksi dan pemasaran, menciptakan landasan yang kuat untuk keberhasilan pelaksanaan rencana bisnis.
Tahap kelima dalam penyusunan business plan adalah fase peluncuran, atau yang dikenal sebagai Ready to Launch (RTL). Pada tahap ini, fokus utama adalah memasukkan produk atau jasa ke dalam pasar dengan menerapkan strategi pemasaran yang telah dikembangkan pada tahap data cooking (tahap 3). Proses RTL melibatkan berbagai strategi pemasaran yang telah diidentifikasi sebelumnya, seperti penentuan harga yang optimal, seleksi saluran distribusi yang efektif, dan kampanye promosi yang tepat sasaran. Langkah-langkah ini dirancang untuk memaksimalkan eksposur produk di pasar dan mendukung pertumbuhan bisnis. Dengan memahami dan mengimplementasikan strategi pemasaran yang telah disiapkan sejak tahap sebelumnya, perusahaan dapat memastikan peluncuran produk atau jasanya berlangsung dengan sukses, memberikan dasar yang kuat untuk memasuki pasar dengan daya saing yang optimal.
3. Kesimpulan
Dengan mengadopsi pendekatan design thinking dalam penyusunan business plan, perusahaan dapat memandu proses perencanaan secara sistematis melalui lima tahap terstruktur. Tahap pertama, Needs Wants Mapping (NWM), membantu memahami kebutuhan dan keinginan pasar, menjadi fondasi untuk menentukan jenis produk atau jasa yang akan dihadirkan. Tahap kedua, Data Mining, melibatkan pengumpulan data primer yang esensial, seperti segmentasi pasar, data pelanggan, dan analisis kompetitor, untuk mendukung pembentukan strategi. Selanjutnya, tahap Data Cooking mengintegrasikan hasil data mining dengan analisis SWOT, TOWS, 7P, BCG matrix, dan 5 Forces, membentuk kerangka kerja holistik dalam merancang business plan yang adaptif. Tahap keempat, How To Make It, fokus pada merealisasikan solusi dengan menghitung biaya produksi dan mengidentifikasi kebutuhan operasional. Terakhir, RTL (Ready to Launch) menerapkan strategi pemasaran yang telah dikembangkan sebelumnya untuk memasukkan produk atau jasa ke dalam pasar. Dengan demikian, pendekatan ini menciptakan proses perencanaan yang terinformasi, inovatif, dan responsif terhadap dinamika pasar, membantu perusahaan meraih kesuksesan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.