Al-Fatihah sebagai Modal Awal untuk Memulai Usaha

1. Pendahuluan

Hidup diawali dengan kesederhanaan dan akan diakhiri dengan kesederhanaan. Dan cara terbaik untuk menjalaninya pun dengan kesederhanaan. Salah satu contoh bentuk kesederhanaan sebagai keseharian seorang muslim adalah surat Al-Fatihah yang dibaca dalam setiap sholat. Lalu apa sebenarnya makna ayat-ayat indah dalam surat Al-Fatihah dari prespektif Saya sebagai seorang pengusaha?

Saya akan membahas setiap ayat dalam surat Al-Fatihah ini untuk diaplikasikan sebagai salah satu solusi dalam menjalani kehidupan, dan sebagai cahaya kehidupan yang membimbing langah kita ke depan.

2. Ayat Pertama Al-Fatihah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

bismillâhir-raḫmânir-raḫîm

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Pada ayat pertama ini adalah niat. Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan ini jika diawali dengan niat baik untuk-Nya, maka segala sesuatu akan berjalan baik sampai ujungnya. Namun jika diawali dengan niat buruk, maka berubah juga ikhtiar kita selanjutnya.

Contohnya, ketika sedang sakit, kita harus luruskan terlebih dulu niat yang baik, dan yakin kepada Yang Maha Menyembuhkan ialah Allah, karena bukan obat atau dokter yang menyembuhkan sakitnya. Jika kita tidak mengikutsertakan Allah dalam ikhtiar kita, maka segalanya akan terasa berat. Sakit jantung diobati diobati sembuh, tapi sebentar kemudian pindah ke ginjal, kemudian ginjal diobati sembuh, tapi kemudian pindah jadi stroke. Itu semua karena kita tidak mencari dan mendekatkan diri kepada Allah, oleh sebab itu Allah selalu pindahkan penyakitnya sampai kita menyadari hanya Allah tempat untuk memohon kesembuhan.

Pada ayat pertama ini juga terdapat, Ar-Rahman Ar-Rahim, yaitu Yang Maha Pengasih Yang Maha Penyayang. Makna dari keduanya adalah bahwasannya, Allah itu selalu memperhatikan kita, Allah tidak menghidar ketika kita memohon apapun dari-Nya. Allah bahkan menyuruh kita untuk berdoa, memohon kepada-Nya untuk seluruh persoalan kehidupan yang kita jalani. Tetapi kita sebagai manusia sibuk menuhankan logika kita, sibuk dengan ikhtiar duniawi, menuhankan dokter, presiden, atau siapapun itu, yang bahkan mereka semua tidak dapat memberikan jaminan untuk kita.

Namun jika kita menuju Allah, mencari Allah, selalu mengikutsertakan Allah dalam segala urusan kita, maka segalanya akan menjadi baik dan mudah dilalui dan tentunya akan dijalmin langsung oleh Allah. Allah selalu membuka pintu pengaduan-Nya 24jam setiap hari, jadi jika kita menjauhi Allah, maka, "Aku" kata Allah, "adalah sebagaimana preasangkaan hamba-Ku pada-Ku." Jadilah hidup makin susah dan gelap karena menjauhkan diri dari solusi yang sejati.

3. Ayat Kedua Al-Fatihah

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

al-ḫamdu lillâhi rabbil-‘âlamîn

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam

Jika pada ayat pertama kita membicarakan niat, lalu pada ayat kedua ini adalah tentang pujian. Sangat wajar bagi setiap manusia sangat sedang mendapat pujian, kita akan merasa senang, merasa bahagia, merasa dihargai saat dipuji. Tetapi saat tidak ada orang yang memuji kita atas perbuatan kita walaupun kita melakukan perbuatan yang baik yang patut diberi apresiasi, kita malah merasa sedih, merasa tidak dihargai, merasa dicampakkan. Mengapa?

Padahal kita ini "nol", kosong tidak memiliki apa-apa, Dari lahir kita tidak tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki barang-barang terbaru, tidak memiliki followers di media sosial. Oleh sebab itu, yang berhak atas pujian hanya Allah.

Orang-orang hanya memuji karena tidak tahu kelemahan dan aib kita, sedangkan orang-orang menghina karena tidak tahu kelebihan kita. Sebenarnya pujian dan hinaan itu sama, hanya beda rasa saja.

4. Ayat Ketiga Al-Fatihah

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ

ar-raḫmânir-raḫîm

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

Pada ayat pertama tadi juga terdapat, Ar-Rahman Ar-Rahim, yaitu Yang Maha Pengasih Yang Maha Penyayang. Lalu mengapa harus diulang kembali pada ayat ketiga?

Karena pada dasarnya manusia itu memiliki kebiasaan mudah lupa, mudah terpengaruh, susah untuk diberitahu. Atau dalam bahasa keseharian sering disebut dengan sifat "Ngeyel, Ndableg, dsb". Allah Yang Maha Menciptakan segala sesuatu, dari awal ketika Allah menciptakan manusia, sudah paham betul tentang sifat-sifat manusia.

Disini Allah kembali mengingatkan kepada kita sebagai seorang manusia, jika kita menyelesaikan segala permasalahan itu dengan  cara-Nya, maka diakhir kita akan menjadi semakin lebih dekat dengan-Nya. Tetapi jika kita menyelesaikan permasalahan diluar dari jalur-Nya, atau bahkan kabur/menghindar dari permasalahan itu, maka suatu saat permasalahan itu akan terus mendatangi kita lagi. Masalah itu akan terus diberikan, diulang-ulang oleh Allah, sampai kita benar-benar memahami makna dan cara menyelesaikannya sesuai dengan cara-Nya.

5. Ayat Keempat Al-Fatihah

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

mâliki yaumid-dîn

Pemilik hari Pembalasan.

Allah lah Yang Maha Menguasai, penguasa dari segala sesuatu, penguasa Hari Pembalasan, penguasa Hari Akhir, penguasa Hari Kiamat. Ketika hari itu tiba, tidak ada seorangpun dan tidak ada apapun yang dapat lolos dari Allah. Saat hari itu tiba, hanya Allah lah satu-satunya yang dapat kita mohon pertolongan, semua kekuasaan didunia tidak ada lagi.

Kiamat itu sangatlah dekat, misalnya saja untuk orang yang harus membayar hutang kredit di hari Rabu, dan sekarang adalah hari Senin dan belum memiliki uang sebesar itu, maka 2 hari kedepan adalah kiamat bagi orang tersebut. Untuk orang yang divonis dokter waktunya hanya tersisa kurang dari 2 bulan, maka kurang dari 2 bulan itulah kiamatnya untuk orang tersebut. Lalu ketika sudah tidak mendapatkan pinjaman uang, lalu seluruh dokter didunia sudah angkat tangan tidak dapat mengobati, lalu kepada siapa lagi kita harus memohon pertolongan, kepada siapa lagi kita harus bersandar?

Hanya kepada Allah lah yang dapat menjadi penolong kita, sebagaimana yang dijelaskan pada ayat berikutnya (kelima).

6. Ayat Kelima Al-Fatihah

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

iyyâka na‘budu wa iyyâka nasta‘în

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.

Jangan hanya bersandar pada ikhtiar bumi atau sering disebut dengan mengandalkan logika semata, karena itu hanya akan membuang-buang energi, akan terasa berat, dan tidak ada yang menjamin. Bersandar pada keluarga, orang tua, suami/istri, anak, atau saudara lainnya itu rapuh, apalagi bersandar pada jabatan, harta, orang lain, itu semua tempat bersandar paling rapuh. Jadi yang paling logis adalah bergantung kepada Allah, yang tidak akan pernah jatuh, tidak tergantikan, dan tidak cerewet.

Sinergikan ikhtiar bumi kita dengan ikhtiar langit, selalu libatkan Allah. Allah lah yang memiliki teknologi super canggih bernama "Kun Fayakun". Dengan kita mengikuti cara-Nya, dan terus meningkatkan dan menambah taqwa kita kepada Allah, maka, Apa yang tidak mampu kita selesaikan akan Allah selesaikan dengan cara-Nya, dan dengan cara yang tidak pernah dapat kita sangka sebelumnya.

7. Ayat Keenam Al-Fatihah

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

ihdinash-shirâthal-mustaqîm

Bimbinglah kami ke jalan yang lurus,

Suatu ketika saat ingin mencalonkan diri sebagai bejabat, jalan yang lurus akan terasa sangat berat karena banyak saingan, banyak yang belum percaya, dsb. Dan jalan yang "biasanya" dipakai yaitu, dekati pengambil keputusan dan bawa sekoper uang sebagai pelicin.

Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada kita untuk selalu berdoa dan memohon diberikan jalan yang lebih baik dan lebih mudah. Dan salah satu alasan kenapa surat Al-Fatihah wajib dibaca setiap hari didalam sholat maupun diluar sholat adalah, agar kita senantiasa dapat istiqamah berada dijalan yang lurus. Walaupun jalan itu awalnya terasa berat, terlihat mustahil untuk dilalui, tetapi dengan selalu melibatkan dan yakin kepada Allah, makan Allah akan bereskan segala hambatan dan diujung jalan Allah menjamin akan berlimbah keberkahan.

8. Ayat Ketujuh Al-Fatihah

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ

shirâthalladzîna an‘amta ‘alaihim ghairil-maghdlûbi ‘alaihim wa ladl-dlâllîn

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.

Pada ayat terakhir ini, Allah memerintahkan kepada kita untuk senantiasa belajar pada segala yang sudah terjadi dimasa lalu. Kita diminta untuk belajar dari mereka, orang-orang yang sudah Allah beri nikmat untuk mereka, sudah Allah beri petunjuk untuk mereka. Dan kita diminta belajar untuk tidak  mengulang kesalahan dari mereka, orang-orang yang sesat, yang tidak diberi nikmat dan petunjuk oleh Allah.

Dari zaman Nabi Adam sampai berhamburannya iPhone Pro Max sekarang ini, Allah telah meninggalkan sangat banyak jejak-jejak untuk kita pelajari, untuk bercermin dan memperbaiki diri di kehidupan ini.

9. Menutup dengan Aamiin

Inilah sebaik-baiknya penutup doa, dan dengan penuh keyakinan dan taqwa kita memohon kepada Allah, agar Allah dengan kuasa-Nya menyempurnakan ikhtiar kita, yang masih terdapat banyak kelemahan dan dosa dalam ikhtiar kita. Saat jalan macet, rezeki macet, saat kemacetan dan kesulitan melanda kehidupan kita, selalu ingatlah untuk mengamalkan surat Al-Fatihah dengan sungguh-sungguh, pahami maknanya dan laksanakan isinya.


Mendekati Allah itu murah, bahkan tidak berbiaya.
Jika kita dekat dengan-Nya, tidak ada kesulitan yang tidak dimudahkan oleh-Nya.